Antara Ruh dan Jasad





Dari sekian malam yang sudah kulalui, ternyata segalanya berkesan pada tubuh ini, memang benar jika dikatakan bahwa sumber dari segalanya adalah perubahan, dikatakan sumber segalanya perubahan karena itu merupakan bukti kehidupan. Maka dapat dikatakan dimana ada perubahan, dipastikan kehidupan itu ada. Pikiranku pun melayang liar.

Malam ini kuratapi langit yang di penuhi bintang, mataku seolah tersihir dengan gejolak gemercapnya, jika kulenakan, maka kudapatkan bintang yang lain. Diantara bintang, ku menemukan bintang yang memiliki terang lebih dari sejawatnya di langit, mereka para saintis mengatakan bahwa itu bisa jadi sudah tidak ada, maksudnya ialah sudah tidak berwujud ada bintangnya, namun cahayanya baru sampai di bumi perkasa ini. Kesimpulan yang kudapatkan dari para saintis yaitu kita hidup di masa depan. Masa lalu itu bisa kita lihat saat ini, oleh karenanya Ketika ku lihat langit berarti aku melihat masa lalu dan masa depan. Indahnya semesta ini, kita bisa saling melirik antara satu dengan yang lain, walaupun tanpa sadar.

Sejenak memahami bintang terfikir olehku akan raga ini, mungkinkah ruh hanya melihat pergerakan jasad ini? Raga ini hanyalah sandiwara belaka, ruh yang mengamatinya, karena banyak orang yang mengatakan bahwa ruh tidak berumur, tiada mati untuk mereka, juga kehidupan. Tidak mati dan tidak hidup, ruh adalah bagian kecil dari cahaya Tuhan, maka setiap ruh-ruh yang berada di dalam jasad manusia, sangat bisa dikatakan itu adalah pancaran Tuhan, oleh karenanya banyak orang yang mengatakan bahwa manusia adalah manifestasi Tuhan. Serumit itu permainan Tuhan, hingga di dalam kitab sucinya dia mengatakan dengan gamblang “Ini adalah urusan Tuhan”. Mungkin Tuhan tidak akan menjelaskan kepada dirinya sendiri. Tuhan akan menjelaskan kepada selain diri-Nya, namun siapakah selain diri-Nya? Tidak ada bukan?

Manusia-manusia kian berjalannya waktu mempertanyakan eksistensi dan apa peruntukannya dia dihidupkan. Pertanyaan itu muncul karena jasad yang diciptakan berunsur awal dari tanah, dan unsur turunannya dari darah (hanya segumpal). Ruh-ruh yang mengamati pergerakan jasad, tetap saja dalam keyakinannya, ruh-ruh itu memberikan pelajaran kepada para jasad yang sudah menyeleweng, karena jasad itu terbuat dari suatu dzat yang terbatas (misal: tanah tidak bisa digunakan untuk pertanian terus menerus, harus ada waktu jeda), oleh karena hal itu, jasad diwajibkan untuk beristirahat, disitulah permainan ruh dilaksanakan. Ruh akan terus memberikan wejangan dan arahan kepada jasad, jika kita melihat anime Naruto, maka kita tidak akan asing dengan kata jinchuriki. Naruto adalah kita, dan kita adalah jinchuriki, yang memiliki kelebihan dan kekurangan, tinggal bagaimana kita mengolah dan mengatur apa yang ada di dalam diri kita (ruh dan jasad), jika di anime tersebut adalah kyubi. Namun perlu dipahami bahwasanya persatuan antara ruh dan jasad itu bukanlah hal yang mudah dilakukan, adanya rasa sakit dan kemungkinan akan kehancuran merupakan keniscayaan, lika-liku untuk menjadi jinchuriki, bukanlah kebohongan.

Chakra yang melekat di dalam jasad, akan bisa bertambah seiring bergabungnya ruh. Chakra yang dimaksud adalah kekuatan dan tabah menghadapi lika-likunya gejolak dunia ini, semakin manusia menyatu, maka keadaan akan semakin baik. Kepedulian dan empati akan tertuai perlahan demi perlahan, sangat lumrah apabila terjadi demikian. Perlu kita pahami wujud sejati adalah ruh tersebut, karena dapat kita katakan ruh dan jasad adalah Tuhan itu tersendiri. Segalanya adalah permainan Tuhan yang agung, Dia memetakan sifat-sifatnya ke dalam ruh dan jasad. Dan bisa disimpulkan jika ruh mempunyai karakteristik tersendiri, begitu juga jasad, maka penggabungan dan sinkronisasi diantara keduanya, seharusnya menjadi keniscayaan.

Dimanakah diri kita saat ini? Sejauh ini, aku menemukan bahwa kita berada diantara ruh dan jasad, kita merupakan hal lain diantara keduanya, kita merupakan kesadaran tersebut. Kesadaran penuh yang bisa memilih antara baik dan benar, tinggal bagaimana saja, cara menegosiasikan antara ruh dan jasad. Kesadaran itu yang harus dijaga, karena itulah kehidupan kita, dari padanya kita tidak asing dengan aturan agama yang melarang penghilangan akal, itu terjadi karena kita adalah pengendali diantara dua hal tersebut yaitu ruh dan jasad. Siapapun yang bisa mensinkronkan keduanya disebutlah ia telah menjiwai jalannya kehidupan ini. Pada akhirnya bukanlah perlombaan antara ruh dan jasad, kemenangan jasad ataupun kekalahan ruh, namun keberanian kesadaran untuk menjembatani keduanya.

Kuangkat kembali tatapanku ke atas langit, dan melihat bintang itu untuk kesekian kalinya lagi, gemuruh angin menandai jika sudah larut malam, tertegunlah daku. Renungan malam ini akan kesadaran, ruh dan jasad, memberikan penjelasan tentang cahaya bintang yang telah sampai ke bumi bukanlah cahaya biasa melainkan ruh dan jasad yang abadi terpancar dari kehidupan, dan pada akhirnya aku sadari seperti bintang yang telah mati namun cahayanya tetap sampai, bahwa kita sudah mati sejak awal dan kehidupan ini adalah bayangan.

Penulis: Gerry Satrio Nuswantoro (Mahasiswa IAT)
Editor: Farah Putri R


1 Komentar

Lebih baru Lebih lama