Ibnu Tholhah: Seorang Pemimpin Harus Cakap Memimpin

(Abdullah Ibnu Tholhah/Narasumber kedua) 

Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHum) adakan 
Pelantikan Ormawa dan Seminar Nasional yang bertema "Revitalisasi Gerakan Mahasiswa di Era Society 5.0, Rabu (15/02/2003).


Abdullah Ibnu Tholhah Narasumber kedua memaparkan mengenai estetika seni Islam, bahwa pikiran menjadi hal terpenting dalam tiga aspek kebudayaan.


"Kebudayaan ada tiga aspek, yaitu pikiran, perilaku, dan artefak. Semuanya berawal dari pikiran. Sebab itu, pikiran itu penting,” tutur Ibnu Tholhah yang juga Sekretaris Program Studi (SekProdi) Ilmu Seni dan Arsitektur Islam (ISAI) UIN Walisongo Semarang

Berkaitan dengan hal itu, ia lebih menyukai mahasiswanya menjadi aktivis Ketika ada panggilan moral seperti demo kenaikan BBM.


“Pemimpin itu harus spontan, mempunyai kecakapan dalam memimpin, begitu ada panggilan moral, langsung bergerak. Saya lebih suka mahasiswa saya demo, daripada diam saja di kelas,” ungkapnya.


Menurutnya, ruang perkuliahan adalah hal yang tidak bisa diandalkan. Ia juga mengkritik bahwa, mahasiswa sekarang kurang terampil lantaran fasilitas kampus sendiri belum sepenuhnya memadai.


“Generasi milenial itu 'budek' tentang keterampilan. Kampus ini belum sepenuhnya mendukung keterampilan mahasiswa,” kritiknya. 


Oleh sebab itu, ia mengatakan bahwa keterampilan profesi lebih penting daripada hanya mencari gelar semata. Ia juga menambahkan bahwa generasi milenial tidak akan puas dengan satu keterampilan.


“Gelar itu tidak penting. Generasi milenial itu karakternya tidak puas dengan satu keahlian. Ia selalu bisa menghubungkan yang nampaknya tak terhubung,” imbuhnya.


Di sesi akhir, ia mengingatkan kembali supaya Kembali pada estetika.


“Kembali kepadaa religious yang estetik, cara berpikir yang estetik, bertindak secara estetik, dan berpikir maju serta terbuka,” tutupnya. 


Reporter: Aliyya Qothrunnada AS (Mahasiswi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir angkatan 2022) 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama